ANALISA PROKSIMAT

Untuk mengetahui komposisi susunan kimia dan kegunaannya suatu bahan pakan dilakukan analisis kimia yang disebut analisis proksimat. Cara ini dikembangkan dan Weende Experiment Station di Jerman oleh Henneberg dan Stokman pada tahun 1865, dengan menggolongkan komponen yang ada pada makanan. Metode ini didasarkan pada komposisi susunan kimia dan kegunaan bahan makanan. Selanjutnya, metode ini terus dipakai dan dikenal dengan nama analisis proksimat.
Analisis Proksimat merupakan suatu metode analisis kimia untuk mengidentifikasikan kandungan zat makanan dari suatu bahan pakan atau pangan. Komponen fraksi yang dianalisis masih mengandung komponen lain dengan jumlah yang sangat kecil, yang seharusnya tidak masuk ke dalam fraksi yang dimaksud, itulah sebabnya mengapa hasil analisis proksimat menunjukkan angka yang mendekati angka fraksi yang sesungguhnya.
Analisis proksimat menganalisis beberapa komponen seperti zat makanan air (Bahan Kering), bahan anorganik (abu), protein, lemak, dan serat kasar. Di bawah ini adalah skema analisis wendee.
Istilah proksimat memiliki pengertian bahwa hasil analisisnya tidak menunjukan angka sesungguhnya, tetapi mempunyai nilai mendekati. Hal ini disebabkan dari komponen praktisi yang dianalisisnya masih mengandung komponen lain yang jumlahnya sangat sedikit yang seharusnya tidak masuk kedalam fraksi yang dimaksud. Namun demikian analisis kimia ini adalah yang paling ekonomis (relative) dan datanya cukup memadai untuk digunakan dalam penelitian dan keperluan praktis.

Ada beberapa kelebihan analisis proksimat dalam mengidentifikasi bahan makanan, diantaranya :
1. Banyak senyawa yang dapat dihitung pada bagian-bagiannya per miliar
2. Murah
3. Cepat
4. Mudah disesuaikan

Adapun beberapa kekurangan analisis ini adalah :
1. Analisis Air
> Tidak hanya air yang menguap, tetapi juga senyawa – senyawa asam – basa organic sederhana (BM rendah) yang ikut menguap (misal : asam asetat, asam butirat, propionate, ester dan lai – lain)
> Air yang terikat dalam senyawa unsure sukar untuk menguap sehingga mengurangi total air yang sebenarnya.



2. Analisis Abu
> Tidak seluruhnya unsure utama pembentuk senyawa organic dapat terbakar dan berubah menjadi gas oksigen yang masih tinggal dama abu sehingga senyawa oksida (missal : CaO) dan karbon sebagai karbonat.
> Sebagian mineral tertentu menguap menjadi gas (missal : sulfur sebagai H2S).

3. Analisis Protein Kasar
> Nitrogen yang terdapat dalam bahan selain terdapat dalam protein juga terdapat dalam senyawa organic lain yang bukan protein. Senyawa nitrogen yang bukan berasal dari senyawa protein disebut NPN 9non protein nitrogen) sehingga terhitung sebagai PK
> Nilai 6,25 tidak selalu tetap, tergantung bahan yang dianalisis. Umumnya protein nabati kurang dari 6,25.

4. Analisis Lemak Kasar
> Tidak hanya lemak yang dapat larut dalam pelarut, tetapi terdapat pula senyawa komponen organic lainnya yang bukan lemak larut dalam pelarutlemak (misal : pigmen, asam organic, klorofil, sterol, vitamin A,D,E,K)
> Lemak dengan bobot molekul besar serta komplek sulit larut dalam pelarut lemak.

5. Analisis Serat Kasar
> Terdapat sebagian kecil senyawa organic yang tergolong serat masih dapat larut dalam asam dan basa encer, sehingga mengurangi nilai kandungan komponen serat.

Bahan yang biasa di analisis menggunakan analisis proksimat:
1. Bahan kering
Bahan kering diperoleh dengan jalan memanaskan bahan pakan 105 selama beberapa jam sehingga semua air yang ada menguap. Kondisi ini disebut juga kering mutlak, kering oven, kering mutlak atau dry matter. Hijauan pakan segar berkadar air sangat tinggi, setelah dikeringkan 550 C sampai beratnya tetap diperoleh bahan pakan dalam kondisi kering udara, disebut juga berat kering, kering angin atau dry weight.
Bahan pakan konsentrat pada umumnya berada pada kondisi ini dan sering disebut kondisi ASFED (keadaan apa adanya).
2. Abu
Abu atau mineral diperoleh dengan jalan membakar sempurna bahan pakan pada temperatur 5500 C sampai semua bahan oganik terbakar.
3. Ekstrak ether (EE)
Semua bahan organik yang larut dalam pelarut lemak termasuk lipida dan zat yang tidak berlemak. Dengan demikian bukan gambaran lemak yang sebenarnya (gliserol dan 3 asam lemak). Energi lemak adalah 9 kcal/g, bagaimana dengan EE?, apakah juga menghasilkan kalori sebesar 9 kcal/g.
4. Serat kasar (SK)
Serat kasar (SK) : adalah bahan organik yang tahan terhadap hidrolisis asam dan basa lemah.

5. Protein kasar (PK)
Protein kasar diperoleh dan hasil penetapan N X 6,25 (protein rata-rata mengandung N 16 %). Protein merupakan kumpulan asam amino yang saling diikatkan dengan ikatan peptida. Energi protein 5,50 kcal/g, bila digunakan sebagai energi 1,25 kcal/g keluar sebagai urea dan setiap unit protein, tinggal 4,25 kcal/g. Oleh karena digesti protein tidak sempurna, nilai energi berkurang 0,25 kcal/g jadi tinggal 4 kcal/g.
6. Ekstrak tanpa nitrogen (ETN)
Ektrak tanpa nitrogen diperoleh dengan jalan sbb: 100 - (5K + FE + PK + Abu). Ekstrak tanpa nitrogen terdiri dan karbohidrat yang mudah larut terutama pati yang kecernaannya tinggi. Energi yang dihasilkan sekitar 3,75-4,75 kcal/g. Rata-rata karbohidrat mengandung energi 4 kcal/g. Berdasarkan hasil analisis proksimat (analisis Weende) diperoleh nutrien yang terbagi dalam 7 komponen : Zat organik (Karbohidrat, Lemak, Protein, Vitamin) dan Zat anorganik (Air, Udara, Mineral).

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

twitter